Sifat Terpuji Taat
Beribadah secara
Lillahitaalla (ikhlas)
selalu taat,
merupakan salah
satu cara untuk
mendekatkan diri
dan sangat disukai
oleh Allah dan Rasul-
Nya. Taat secara
bahasa adalah
senantiasa tunduk
dan patuh, baik
terhadap Allah, Rasul
maupun ulil amri. Hal
ini sudah tertuang
didalam Qs An Nisa
ayat 59
“ Hai orang-orang
yang beriman
taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri diantara
kamu. Kemudian jika
kamu berlainan
pendapat tentang
sesuatu, maka
kembalikanlah
kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul
( Sunahnya), jika
kamu benar-benar
beriman kepada
Allah dan hari
kemudian yang
demikian itu lebih
utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya
“.
Berpedoman pada
sepotong firman
Allah diatas yang
memerintahkan
orang-orang yang
beriman supaya
selalu memurnikan
ketaatan hanya
kepada Allah, Rasul
maupun ulil amri.
Soal pemimpin yang
bagaimana yang
harus ditaati tsb ?
tentu pemimpin yang
juga taat kepada
Allah dan Rasulnya,
lalu masih adakah
pemimpin yang
memiliki sifat seperti
yang di uraikan
diatas ? yang lebih
mengutamakan
kepentingan
umum&rakyat
badarai diatas
kepentingan pribadi
dan keluarganya ?.
Taat pada Allah
tidak hanya asal
taat, didalam
pelaksanaan
teknisnya harus
benar dan sungguh-
sungguh sesuai
dengan kemampuan
yang dimiliki, dan
dengan tampa
alasan apapun
menghentikan
segala larangan-Nya.
Sebenarnya apa-apa
yang menjadi
perintah Allah Taalla
sudah tidak
diragukan lagi pasti
tersimpan segala
kemaslahatan
(kebaikan),
sedangkan apa-apa
yang menjadi
larangan-Nya sudah
tertulis akan segala
kemudharatanya
(keburukan).
Kemudharatan
(bencana alam
dimana-mana) yang
sering terjadi akhir-
akhir ini merupakan
imbas dari tidak
menghiraukan
segala larangan Allah
dan Rasul-Nya. Qs Ali
Imran ayat 32
memperjelasnya :
“ Katakanla,
taatilah Allah dan
Rasul-Nya, jika kamu
berpaling, maka
sesungguhnya Allah
tidak menyukai
orang-orang kafir “.
Begitu juga
ketaatan kepada
Rasul, yaitu
Rasulullah Saw
dengan selalu
meimplementasikan
yang terdapat dalam
hadis beliau. Sebagai
utusan Allah Nabi
Muhammad Saw
mempunyai tugas
menyampaikan
amanah kepada
umat manusia tampa
memandang status,
jabatan, suku dsb.
Oleh karena itu bagi
setiap muslim yang
taat kepada Allah
Swt harus
melengkapinya
dengan mentaati
segala perintah
Rasulullah Saw
sebagai utusan-Nya.
Sebagai mana yang
difirmankan Allah
didalam Qs At
Taqabun ayat 12
“ Dan taatlah
kepada Allah dan
taatlah kepada
Rasul, jika kamu
berpaling, maka
sesungguhnya
kewajiban rasul
kami hanyalah
menyampaikan
(amanah Allah)
dengan terang “.
Allah Swt adalah
adalah khalik,
pencipta alam
semesta beserta
isinya ini. Rasulullah
Saw adalah utusan-
Nya untuk seluruh
umat manusia
bahkan kelahiran
dari beliau Saw alam
semesta ini
mendapat rahmat
yang tidak ternilai
harganya. Oleh
karena itu siapapun
yang telah berikrar
(bersyahadad) maka
dengan sendirinya
lahirlah suatu
kewajiban dalam
bentuk ketaatan
kepada keduanya
dalam situasi dan
kondisi apapun.
Namun jenis
ketaatan seperti
yang disebutkan
diatas akan lebih
sempurna kalau
diiringi dengan
ketaatan dan
kepatuhan kepada
ulil amri atau
pemimpin. Ketaatan
tersebut dalam
artian harus selalu
taat dan mematuhi
peraturan-peraturan
yang telah ditelurkan
secara bersama,
tentu selam
peraturan itu masih
diatas nilai-nilai
kemanusiaan dan
tidak menyimpang
dari aturan agama
Islam. Ketaatan itu
bukan hanya harus
diimplementasikan
pada pemimpin
dalam artian luas
saja dalam artian
sempitpun harus
menjadi keseharian
kita, seperti kepada
orang-orang yang
memiliki kuasa dan
kedudukan yang
lebih tinggi. Seorang
anak harus taat dan
patuh pada kedua
orang tuanya, murid
kepada gurunya, istri
kepada suaminya
agar kasus-kasus
perceraian yang
marak terjadi
belakangan ini dan
dengan berbagai
macam
penyebabnya dapat
diminimalisir dsb.
Dari Ibnu Umar Ra.
Nabi Muhammad
Saw bersabda :
“ Wajib bagi
seorang muslim
mendengarkan dan
taat sesuai dengan
yang disukai dan
apabila diperintah
untuk menjalankan
maksiat jangan
dengarkan dan
jangan taati “. ( Hr.
Muslim ).
Ketatatan yang
kita lakukan kepada
Allah, Rasul dan ulil
amri merupakan
ketaatan yang akan
berakibat baik
terhadap amal
ibadah kita selama
ketatan tersebut
tidak diselimuti oleh
berbagai bentuk
kebohongan,
penyakit hati,
kemunafikan dsb.
Malah Islam sangat
memuliakan
umatnya yang
memiliki sifat
tawaduk dengan
selalu merendahkan
hati baik terhadap
Allah maupun
terhadap sesama
manusia. Kita
sebagai muslim
harus menyadari
bertawaduk
merupakan bagian
dari akhlakul
karimah yang
melahirkan manusia-
manusia yang
berprilaku baik,
dengan
memunculkan suatu
kesadaran akan
hakikat kejadian
dirinya dan tidak
pernah mempunyai
alasan untuk merasa
lebih baik, lebih
pintar, lebih kaya,
lebih ganteng, lebih
cantik maupun lebih-
lebih lainya antara
dirinya dengan orang
lain.
“ Dan hamba-
hamba tuhan yang
maha penyayang itu
adalah orang-orang
yang berjalan diatas
bumi dengan rendah
hati dan apabila
orang-orang jahil
menyapa
mereka.mereka
mengucapkan kata-
kata yang baik ‘.
( Qs Al Furqan-63 ).
Beribadah secara
Lillahitaalla (ikhlas)
selalu taat,
merupakan salah
satu cara untuk
mendekatkan diri
dan sangat disukai
oleh Allah dan Rasul-
Nya. Taat secara
bahasa adalah
senantiasa tunduk
dan patuh, baik
terhadap Allah, Rasul
maupun ulil amri. Hal
ini sudah tertuang
didalam Qs An Nisa
ayat 59
“ Hai orang-orang
yang beriman
taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri diantara
kamu. Kemudian jika
kamu berlainan
pendapat tentang
sesuatu, maka
kembalikanlah
kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul
( Sunahnya), jika
kamu benar-benar
beriman kepada
Allah dan hari
kemudian yang
demikian itu lebih
utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya
“.
Berpedoman pada
sepotong firman
Allah diatas yang
memerintahkan
orang-orang yang
beriman supaya
selalu memurnikan
ketaatan hanya
kepada Allah, Rasul
maupun ulil amri.
Soal pemimpin yang
bagaimana yang
harus ditaati tsb ?
tentu pemimpin yang
juga taat kepada
Allah dan Rasulnya,
lalu masih adakah
pemimpin yang
memiliki sifat seperti
yang di uraikan
diatas ? yang lebih
mengutamakan
kepentingan
umum&rakyat
badarai diatas
kepentingan pribadi
dan keluarganya ?.
Taat pada Allah
tidak hanya asal
taat, didalam
pelaksanaan
teknisnya harus
benar dan sungguh-
sungguh sesuai
dengan kemampuan
yang dimiliki, dan
dengan tampa
alasan apapun
menghentikan
segala larangan-Nya.
Sebenarnya apa-apa
yang menjadi
perintah Allah Taalla
sudah tidak
diragukan lagi pasti
tersimpan segala
kemaslahatan
(kebaikan),
sedangkan apa-apa
yang menjadi
larangan-Nya sudah
tertulis akan segala
kemudharatanya
(keburukan).
Kemudharatan
(bencana alam
dimana-mana) yang
sering terjadi akhir-
akhir ini merupakan
imbas dari tidak
menghiraukan
segala larangan Allah
dan Rasul-Nya. Qs Ali
Imran ayat 32
memperjelasnya :
“ Katakanla,
taatilah Allah dan
Rasul-Nya, jika kamu
berpaling, maka
sesungguhnya Allah
tidak menyukai
orang-orang kafir “.
Begitu juga
ketaatan kepada
Rasul, yaitu
Rasulullah Saw
dengan selalu
meimplementasikan
yang terdapat dalam
hadis beliau. Sebagai
utusan Allah Nabi
Muhammad Saw
mempunyai tugas
menyampaikan
amanah kepada
umat manusia tampa
memandang status,
jabatan, suku dsb.
Oleh karena itu bagi
setiap muslim yang
taat kepada Allah
Swt harus
melengkapinya
dengan mentaati
segala perintah
Rasulullah Saw
sebagai utusan-Nya.
Sebagai mana yang
difirmankan Allah
didalam Qs At
Taqabun ayat 12
“ Dan taatlah
kepada Allah dan
taatlah kepada
Rasul, jika kamu
berpaling, maka
sesungguhnya
kewajiban rasul
kami hanyalah
menyampaikan
(amanah Allah)
dengan terang “.
Allah Swt adalah
adalah khalik,
pencipta alam
semesta beserta
isinya ini. Rasulullah
Saw adalah utusan-
Nya untuk seluruh
umat manusia
bahkan kelahiran
dari beliau Saw alam
semesta ini
mendapat rahmat
yang tidak ternilai
harganya. Oleh
karena itu siapapun
yang telah berikrar
(bersyahadad) maka
dengan sendirinya
lahirlah suatu
kewajiban dalam
bentuk ketaatan
kepada keduanya
dalam situasi dan
kondisi apapun.
Namun jenis
ketaatan seperti
yang disebutkan
diatas akan lebih
sempurna kalau
diiringi dengan
ketaatan dan
kepatuhan kepada
ulil amri atau
pemimpin. Ketaatan
tersebut dalam
artian harus selalu
taat dan mematuhi
peraturan-peraturan
yang telah ditelurkan
secara bersama,
tentu selam
peraturan itu masih
diatas nilai-nilai
kemanusiaan dan
tidak menyimpang
dari aturan agama
Islam. Ketaatan itu
bukan hanya harus
diimplementasikan
pada pemimpin
dalam artian luas
saja dalam artian
sempitpun harus
menjadi keseharian
kita, seperti kepada
orang-orang yang
memiliki kuasa dan
kedudukan yang
lebih tinggi. Seorang
anak harus taat dan
patuh pada kedua
orang tuanya, murid
kepada gurunya, istri
kepada suaminya
agar kasus-kasus
perceraian yang
marak terjadi
belakangan ini dan
dengan berbagai
macam
penyebabnya dapat
diminimalisir dsb.
Dari Ibnu Umar Ra.
Nabi Muhammad
Saw bersabda :
“ Wajib bagi
seorang muslim
mendengarkan dan
taat sesuai dengan
yang disukai dan
apabila diperintah
untuk menjalankan
maksiat jangan
dengarkan dan
jangan taati “. ( Hr.
Muslim ).
Ketatatan yang
kita lakukan kepada
Allah, Rasul dan ulil
amri merupakan
ketaatan yang akan
berakibat baik
terhadap amal
ibadah kita selama
ketatan tersebut
tidak diselimuti oleh
berbagai bentuk
kebohongan,
penyakit hati,
kemunafikan dsb.
Malah Islam sangat
memuliakan
umatnya yang
memiliki sifat
tawaduk dengan
selalu merendahkan
hati baik terhadap
Allah maupun
terhadap sesama
manusia. Kita
sebagai muslim
harus menyadari
bertawaduk
merupakan bagian
dari akhlakul
karimah yang
melahirkan manusia-
manusia yang
berprilaku baik,
dengan
memunculkan suatu
kesadaran akan
hakikat kejadian
dirinya dan tidak
pernah mempunyai
alasan untuk merasa
lebih baik, lebih
pintar, lebih kaya,
lebih ganteng, lebih
cantik maupun lebih-
lebih lainya antara
dirinya dengan orang
lain.
“ Dan hamba-
hamba tuhan yang
maha penyayang itu
adalah orang-orang
yang berjalan diatas
bumi dengan rendah
hati dan apabila
orang-orang jahil
menyapa
mereka.mereka
mengucapkan kata-
kata yang baik ‘.
( Qs Al Furqan-63 ).
0 comments:
Post a Comment
SING arep pada komentar ya ngonoh,gratis ra bayar ora...